Menghormati Orang Asing, Menganiaya Yang Dicinta


By, Toga Nainggolan.


ANDA pasti pernah (secara ngga sengaja) bersenggolan dengan seseorang di jalan, atau menginjak kaki orang tak dikenal di dalam KRL yang sesak penumpang. Sesegera mungkin, Anda akan minta maaf, dengan bahasa dan gestur sehalus mungkin.

Anda mungkin pernah juga ngga sengaja “bertabrakan” dengan istri, pacar, saudara, anak, pokoknya orang-orang yang Anda cintai, di rumah atau di tempat lain. Sadar nggak, kita seringkali tidak “sesopan” ketika berhadapan dengan orang asing di jalanan itu, untuk meminta maaf? Atau, jangan-jangan malah membentak, “Mata kamu ke mana sih?”

Aneh rasanya, bila kita malah lebih hormat dan sopan kepada seseorang yang asing, dan malah berlaku aniaya kepada orang yang kita (sebut) sayangi. Tapi itu banyak terjadi. Mungkin tidak pada diri Anda, tapi sekali lagi, saya melihat banyak yang seperti ini.

Begitu juga soal berteriak. Orang yang punya kedekatan, bahkan orang yang saling mencintai, seringkali saling bentak satu sama lain, misalnya jika sedang terlibat pertengkaran.

Mengapa orang yang saling menyayangi sampai perlu berteriak, padahal jarak mereka berdiri begitu dekat, sehingga bisikan pun bisa terdengar jelas? Karena bisa saja ketika tubuh mereka semakin dekat, hati mereka justru semakin berjarak.

Orang yang terlibat cinta jarak jauh, justru berbisik satu sama lain ketika sedang bertelepon, atau malah tanpa suara sama sekali ketika ngobrol lewat tuts komputer, padahal tempat mereka berdiri mungkin terpaut ribuan mil. Karena bisa saja, ketika dua tubuh tercabik jarak, hati mereka malah sedang berpagutan di sebuah ruang tanpa sekat.

Itulah barangkali penjelasan, mengapa dua orang yang sedang bercinta, bisa bertahan dalam diamnya masing-masing, karena saat dua hati dikepung keindahan, kata-kata bisa mengebiri makna. Teriakan? Wah, itu sama sekali bukan bukti cinta. Jangan-jangan Anda hanya terpaksa hidup bersamanya. Kalau sudah begitu, cinta bisa jadi penjara, dan komitmen adalah sipir-sipirnya yang perkasa.

Mending mati aja deh! Tau kan, salah naik angkot, nyeselnya paling satu jam. Salah makan, nyeselnya satu harian, atau kalo sampe diare, dua tiga hari ding. Salah pangkas rambut, sabar sebulan deh, nunggu rambut tumbuh lagi. Salah mencintai? Huk huk huk…. Divonis seumur hidup, tanpa remisi.

Salam Hebat Penuh Berkah

Siwi LH


From: Siwi LH
Sent: Friday, January 29, 2010 9:49 AM

Posting Komentar

0 Komentar